STRATEGI MENGAJAR EFEKTIF
Prestasi
belajar siswa dalam semua level pendidikan banyak ditentukan oleh cara mengajar
gurunya. Cara mengajar itu sendiri adalah serangkaian pola-pola dan upaya
taktis yang dilakukan guru di kelas untuk membekali siswa sejumlah pengetahuan,
nilai dan keterampilan. Cara mengajar guru dalam rangka meningkatkan prestasi
siswa dapat ditinjau dari berbagai aspek dijelaskan di bawah ini.
Memiliki Keterampilan Operasional yang Memadai
Seorang
guru akan berhasil dengan baik apabila memiliki dan menggunakan keterampilan
operasional yang memadai dalam pembelajaran. Keterampilan operasional tersebut
mencakup strategi membuka pelajaran, memberi motivasi dan melibatkan siswa,
mengajukan pertanyaan, menggunakan isyarat nonverbal, menanggapi murid dan
menggunakan waktu. Penjelasan singkat hal tersebut sebagai berikut:
Membuka Pelajaran
Membuka
pelajaran dalam suatu pembelajaran memegang peranan penting. Di situlah kesan
pertama dari suatu bentuk hubungan yang merupakan kunci keberhasilan. Artinya,
kesan pertama yang baik dan membuahkan hasil yang baik pula untuk tahap
selanjutnya. Sehubungan dengan hal ini, Jufri (2001: 117) mengemukakan “dalam
membuka pelajaran aspek menarik perhatian siswa, memberi motivasi, memberi
acuan dan membuat kaitan harus diperhatikan oleh guru”. Contoh membuka
pelajaran di antaranya yaitu berdoa bersama, mengucapkan selamat pagi kepada anak-anak,
atau menanyakan siapa-siapa yang tidak masuk hari ini dan alasannya tidak
masuk. Contoh-contoh ini secara langsung menandai bahwa interaksi belajar
mengajar secara resmi dibuka dan guru telah siap membimbing siswa dengan cinta
kasih yang tulus.
Memotivasi dan Melibatkan Siswa
Dalam
sistem pembelajaran motivasi (dorongan) merupakan ‘ruh’ pembelajaran. Oleh
karena itu, guru harus pandai membangkitkan dorongan kepada siswa agar
bergairah belajar. Gairah tersebutlah yang kemudian mengantar siswa untuk berprestasi.
Selain memberi dorongan, guru dalam mengajar hendaknya melibatkan siswa secara
maksimal. Maksudnya, siswa bukan lagi obyek dalam proses belajar mengajar
melainkan subyek. Posisi guru hanya sebagai fasilitator, pengarah, dan
motivator dalam mengembangkan minat dan kepribadian siswa dalam konteks
pelajaran. Memotivasi atau melibatkan siswa, menurut Usman (1997: 2) “hendaknya
tidak mengedepankan tekanan psikologis dan pemaksaan”.
Mengajukan Pertanyaan dan Isyarat
Nonverbal
Mengajukan
pertanyaan adalah aspek terpenting dalam pembelajaran karena berfungsi sebagai
stimulus untuk giat berpikir; membangkitkan pengertian baru dalam belajar.
Melalui pengajuan pertanyaan, guru dapat menyelidiki kemampuan dan tingkat
penguasaan materi siswa.
Selain
mengajukan pertanyaan, guru juga dapat menggunakan isyarat nonverbal. Menurut
Liliweri (1994: 109) isyarat nonverbal dapat berwujud “kinesik, paralinguistik,
suasana komunikasi, pernyataan diri, penciuman, kepekaan kulit, dan artifak”.
Keseluruhan isyarat ini hendaknya digunakan oleh guru dalam mengajar sesuai
kebutuhan. Tujuan penggunaannya tidak lain untuk memberikan gambaran tentang
sesuatu dalam kaitannya dengan materi yang diajarkan dalam rangka memperjelas
maksud, mempertegas atau menekankan uraian.
Menanggapi Siswa
Dalam
sistem pembelajaran di kelas, guru akan menemukan aneka perilaku siswa seperti
menerima atau penuh perhatian, acuh tak acuh, dan menolak. Ketiga perilaku ini
harus ditanggapi oleh guru dengan cara yang bijaksana dan penuh pengertian.
Siswa hendaknya diarahkan untuk bertanya, pertanyaan tersebut dilemparkan
kepada siswa lain agar semua aktif berpikir. Jawaban yang agak kabur
pengertiannya dapat diperbaiki oleh guru. Menurut Pophan dan Baker (2001: 29)
dalam menanggapi siswa, guru hendaknya “menghargai siswa, baik melalui
kata-kata verbal, maupun melalui ekspresi dan mimik wajah”.
Pengaturan
Waktu
Kesulitan
yang banyak dialami oleh guru adalah masalah penggunaan waktu dalam proses
belajar mengajar. Menurut Sardiman (2005: 220) “ada tiga tahap yang berkaitan
dengan penggunaan waktu, yaitu waktu membuka pelajaran, menggarap bahan, dan
menutup pelajaran”. Ketiga tahap ini hendaknya dialokasikan dengan tepat sesuai
proporsinya, agar tidak terbuang dengan sia-sia.
Mengakhiri Pelajaran
Mengakhiri
pelajaran tidak berarti mengakhiri secara permanen, tetapi sementara. Setiap
kali mengakhiri interaksi antara guru dangan siswa, guru harus mengakhiri
dengan sebuah kesan tentang materi pelajaran. Dalam mengakhiri pelajaran juga
harus memuat ringkasan atau kesimpulan serta saran-saran agar siswa dapat
menindaklanjuti pelajaran yang telah diajarkan. Apabila ada tugas pada akhir
pelajaran juga dapat diberikan. Doa dan ucapan selamat sampai jumpa pertemuan
berikut juga hendaknya tidak dilupakan.
Memiliki
Modal Kesiapan (Sikap)
Pada
aspek ini diuraikan berbagai macam sikap yang harus diperhatikan oleh seorang
guru selama memimpin pembelajaran, yaitu gerak, suara, titik perhatian, isyarat
verbal dan waktu selang, dan variasi interaksi. Sikap-sikap tersebut secara
lengkap diuraikan di bawah ini.
Gerak
Gerak
anggota badan dalam pembelajaran sangat besar peranannya untuk memperjelas atau
menegaskan hal-hal yang penting. Seseorang akan memahami sesuatu secara dalam
dan jelas apabila disertai gerak tubuh, di samping indera pendengaran dan
pengamatan. Penggunaan gerak tubuh yang baik menurut Sardiman (2005: 201)
adalah “gerak yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang cukup, tetapi
benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru”. Pada waktu menjelaskan posisi
berdiri hendaknya di tengah dan tidak terlalu dekat dengan deretan kursi,
sehingga semua siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik. Ketika guru
menulis di papan diusahakan agar gerakan tangan dapat dilihat oleh siswa. Pada
waktu menunjuk gambar, bagan, peta, atau media yang lain, hendaknya tampak
dengan jelas. Mempermainkan alat tulis, berjalan hilir mudik, duduk di atas
meja, dan gerakan-gerakan kaku lainnya, hendaknya dihindari.
Suara
Seperti
halnya gerak tubuh, suara juga sangat berpengaruh terhadap daya tangkap
pemahaman hal yang diajarkan oleh siswa. Menurut Sardiman (2005) suara guru
dalam mengajar hendaknya memperhatikan tingkat kekuatan atau kekerasan, lagu,
dan tekanan bicaranya. Suara yang keras dan kecil dalam mengajar memiliki efek
negatif terhadap pemahaman siswa. Suara yang dianjurkan adalah suara yang
sedang, ditambah dengan memperhatikan jumlah siswa, luas ruang, dan
kejelasannya. Lagu dan tekanan bicara guru dalam mengajar hendaknya tidak
monoton, tersendat-sendat, dan kalau perlu diulang. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kebosanan, kekurangjelasan, dan menghindari bahan tertawaan siswa yang
pada akhirnya mengganggu konsentrasi belajar. Kelancaran berbicara juga harus
diperhatikan seperti menghindari suara terbata-bata atau gagap.
Titik Perhatian
Titik
perhatian yang dimaksud di sini adalah pengamatan guru terhadap masing-masing
siswa selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Titik perhatian guru
tercermin dalam pandangan mata dan perbuatannya. Pandangan mata guru hendaknya
menyeluruh untuk siswa, tidak hanya sebagian saja. Guru juga harus tanggap
terhadap perilaku negatif siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Bertemunya pandangan lawan tutur (antara guru dan murid) menurut Liliweri
(1994) merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan, karena menunjukkan
saling perhatian di antara mereka. Pandangan keluar ruangan, langit-langit,
lantai, papan tulis atau pada siswa tertentu hendaknya dihindari guna menjaga
wibawa guru dan perhatian siswa.
Isyarat Verbal dan Waktu Selang
Secara
umum isyarat verbal menurut Jufri (2001: 96) diartikan “ucapan atau gerak
singkat kepada siswa atas pencapaian tertentu dalam pembelajaran”. Isyarat
verbal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap siswa karena bersifat
menegaskan, meyakinkan, dan memperkuat. Isyarat verbal dilakukan oleh guru
apabila siswa berhasil, seperti berhasil menjawab pertanyaan guru atau siswa
lain, berhasil mengerjakan tugas, mampu memberikan solusi, atau keberanian
tampil. Selain itu, isyarat verbal juga dapat dilakukan untuk menarik perhatian
siswa, menegur siswa yang bermain, atau memberi contoh-contoh isyarat verbal
seperti bagus dengan mengacungkan jempol.
Selain
isyarat verbal, guru juga harus memiliki tenggang waktu atau jeda antara ucapan
atau pembicaraan yang satu dengan yang lainnya. Ucapan beruntun menyulitkan
siswa mengetahui ujung pangkal pembicaraan dan siswa sulit menangkap isinya.
Intinya, pembicaraan atau ucapan tidak lambat dan tidak terlalu cepat dan juga
tidak diam dalam waktu agak lama. Terputusnya sistematis pembicaraan jelas akan
mengganggu daya tangkap materi terhadap siswa.
Variasi Interaksi
Variasi
interaksi menurut Sardiman (2005: 206) adalah “frekuensi atau banyak sedikitnya
pergantian aksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa lain secara
tepat”. Dalam sistem pengajaran modern, pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) hendaknya ditinggalkan. Artinya, “orientasi pengajaran berpusat
pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator pembelajaran”
(Depdiknas, 2005: 62). Dalam interaksi edukatif semua yang terlibat di dalamnya
berperan aktif sehingga tercipta komunikasi timbal balik antara guru dengan
siswa. Kreativitas guru dalam membangun dan memilih model interaksi yang tepat
sesuai metode sangat menentukan kekondusifan suatu pembelajaran.
Menguasai
Aspek Materi
Topik
ini akan diulas cara mengajar guru ditinjau dari sudut pandang materi yang
diajarkan. Cara mengajar jenis ini difokuskan pada cara menarik perhatian siswa
pada bahan yang baru, perhatian guru pada bahan yang sedang dibahas, cara
urutan penyajian, menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan cara
mengakhiri pembahasan. Penjelasan secara lengkap sebagai berikut:
Menarik
Perhatian Siswa pada Bahan yang Baru (Interes)
Interes
dalam pembelajaran adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa
pada materi pelajaran baru. seorang siswa yang memasuki situasi baru secara
mendadak sering timbul kejutan atau tekanan psikologis karena situasi lama
masih membayangi pikiran dan perasaannya. Siswa sekolah dasar yang habis
bermain masuk di kelasnya untuk menerima pelajaran masih sering membicarakan
permainannya. Langkah yang harus ditempuh oleh seorang guru apabila mengalami
hal seperti ini menurut Sardiman (2005) adalah mengusahakan untuk menyatukan
alam pikiran siswa dengan jalan menghilangkan kenangan atas peristiwa yang baru
saja mereka alami. Dengan kata lain, menggunakan “titik awal” yang menarik
siswa secara psikologi untuk mengalihkan perhatian pada materi yang akan dibahas.
Cara lain juga dapat ditempuh, misalnya: (1) memberikan pertanyaan tentang
bahasan sebelumnya yang berhubungan dengan topik baru yang akan dijelaskan, (2)
memberikan pretest untuk mengetahui seberapa jauh siswa memiliki
pengetahuan tentang hal yang akan diajarkan.
Perhatian
Guru pada Bahan yang sedang Dibahas (Titik Pusat)
Titik
pusat yang dimaksud di sini menyangkut uraian dan penjelasan, guru benar-benar
berpusat pada bahasan yang sedang digarap bersama. Guru sering tergiring keluar
pembicaraan yang dibahas dengan hadirnya pertanyaan siswa. Oleh karena itu,
guru harus tanggap mengarahkan dan perlu kesadaran dari guru itu sendiri, kalau
terlalu asyik bercerita sehingga melupakan materi pokok. Ada juga guru karena
tidak siap mengajar akan kehilangan tempat berpijak sehingga keluar dari pokok
persoalan. Penjelasan yang keluar dari rel yang dibahas oleh guru, misalnya
seorang guru menjelaskan tentang jenis-jenis binatang laut dan darat kemudian
masuk pada harga dari binatang laut atau darat tersebut. Penjelasan harga
di sini jelas sudah keluar dari tema pokok.
Sistematika
dalam Penyampaian Bahan (Rantai Kognitif)
Adakalanya
seorang guru mempersiapkan materi pelajaran dengan baik, tetapi pada waktu
menyajikan atau menyampaikan sistematika dan rantai kognitifnya jelek
atau rusak. Akibatnya, siswa menjadi bingung dan sulit memahami materi yang
disampaikan. Menurut Sardiman (2005: 198) sistematika penyampaian bahan
hendaknya “dari pengertian sederhana menuju yang kompleks; dari yang mudah
menuju yang sulit”.
Supaya
sistematika penyampaian tersusun dengan baik, seorang guru menurut Pophan dan
Baker (2001: 85) “perlu mempersiapkan skema atau bagan tentang bahan pelajaran
yang akan disampaikan, metode interaksi yang akan digunakan, media yang
digunakan, dan sumber belajar yang digunakan”. Strategi persiapan ini hendaknya
mengacu pada standar kompetensi yang akan dicapai. Sistematisnya penyajian
melalui skema atau bagan memungkinkan juga guru dapat mengontrol keluasan bahan
yang diajarkan dan waktu yang digunakan.
Menciptakan
Hubungan dalam Rangka Membahas Materi (Kontak)
Penciptaan
hubungan dalam membahas materi berkaitan dengan hubungan batiniah antara guru
dan siswa. Baik atau tercipta tidaknya hubungan tampak pada bahasa verbal dan
isyarat nonverbal yang tampak pada diri guru dan siswa. Seorang guru yang tidak
menguasai bahan dan tidak berwibawa menjadi penyebab tidak terciptanya kontak.
Begitu pula guru yang otoriter, akan merusak kontak karena suasana kelas terasa
mencekam. Guru yang pesimis juga akan kelihatan dari bahasa dan isyarat verbal
yang digunakan. Dari segi siswa juga diidentifikasi melalui isyarat nonverbal
apakah ada perhatian atau kontak dengan guru saat mengajar. Idealnya suatu
kontak menurut Sardiman (2005) adalah adanya perasaan nyaman, senang, dan penuh
perhatian, baik dari guru maupun siswa sehingga interaksi timbal balik,
ketertiban, dan keaktifan dari kedua belah pihak sesuai peran masing-masing.
Mengakhiri
Pembahasan Materi
Setiap
pembelajaran pasti akan ada ujung atau akhirnya akibat terikatnya oleh waktu
yang telah ditentukan. Mengakhiri pelajaran bagi guru merupakan tuntutan yang
tidak boleh diabaikan karena dapat menghilangkan daya ingat hal-hal yang telah
dipelajari oleh siswa. Mengakhiri pelajaran dapat ditempuh melalui berbagai strategi,
bergantung pada hal yang ingin diketahui oleh guru dan siswa. Menurut Jufri
(2000: 120-121) cara guru mengakhiri suatu pelajaran dapat dilakukan dengan
“merangkum inti materi yang ajarkan, membuat ringkasan, mengevaluasi, dan
mendemonstrasikan hal tertentu yang dipandang perlu”. Maksud dari menutup
pelajaran tidak lain untuk membuat siswa memperoleh gambaran utuh atau
memperkuat ingatan dan pemahamannya terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar